Senin, 04 April 2016

Taksi Reguler vs Taksi Online



Taksi Reguler vs Taksi Online
Sebagai  pengguna taksi berbasis aplikasi online yang cukup aktif belakangan ini, saya jadi seringkali mencari tahu informasi soal permasalahan Uber dan Grab yang menghangat beberapa pekan ke belakang. Terutama kemarin pada 22 maret 2016 ketika sopir taksi regular ramai-ramai berdemo mengenai keberadaan dua layanan aplikasi taksi online tersebut.
Awal taksi online ini marak, saya justru termasuk yang takut memanfaatkannya. Alasannya, selain karena saya tidak paham cara penggunaannya, saya jugamempertimbangkan factor keamanan. Pertimbangan awal, jika kita menggunakanjasa taksi regular akan ada perusahaan resmi yang bisa mempertanggungjawabkan kehilangan barang ataubahkan kejahatan terhadap penumpangnya.
Dengan pertimbangan itu, semula saya memakai aplikasi taksi online ini untuk memesan taksi yang juga terdaftar di perusahaan taksi regular. Demi mencari aman tepatnya. Pertama kalisaya memakai layanan taksi online ternyata tidak semenakutkan yang saya pikir. Dan sayapun aman sampai tujuan. Setelah itu saya banyak membandingkan kelebihan dan kekurangan antara dua jenis taksi online dan regular ini.
Terus terang saja, saya mengalami berapa kali kecewa saat memakai taksi regular. Selain argo yang kadang melonjak bikin mata melotot,seringkali ditolak oleh beberapa pengemudi dengan alasan macet,tidak menuju daerah tujuan saya, dan beragam alasan lainnya. Kekecewaan lainnya juga saya tidak terlalu hafal wilayah Jakarta seringkali disesatkan oleh pengemudinya. Alhasil argo yang dibayarkan lebih dalam.
Sementara jika kita memakai Grab misalnya, mereka menetapkan argo flat sesuai kilometer tujuan. Artinya, kita sudah tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan tanpa harus berkali-kali melihat argo selama perjalanan. Atau untuk Uber yang memakai argo tapi tarifnya 30% lebih murah dari tarif  regular.
Akan tetapi saya juga tidak setuju jika ternyata harga murah ini tidak membayar kewajiban pajak untuk usahanya itu. Artinya, ini tidak fair dengan taksi regular, yang memiliki kewajiban pajak selama beroperasi. Jika memang demikian, maka kasusnya  11-12 dengan angkot gelap yang jugasering didemo penarik angkot. Merugikan negara dan tidak adil dalam hal persaingan usaha.
Kabar tentang taksi online tidak membayar pajak diungkapkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama yang mengaku Pemerintah Provinsi belumpernah menerima pajak dari angkutan berbasis aplikasi,seperti Uber dan Grab. Selama ini,mereka telah beberapa kali dipanggil untuk membicarakan masalah keberadaannya.
Berdasarkan aturan, pengusaha transportasi di Jakarta wajib membayar pajak sebesar 20%-28% setiap tahun. Juga wajibberbadan hokum dan mengikuti aturan baku pemerintah terkait opersionalnya. Menurut saya perlu kerja sama dari beberapa pihak untuk berembuk mencari jalan keluar. Kemudian, perlu dicari formula yang tepat untuk pengamaturan taksi berbasis aplikasi ini. Usulan dua opsi pilihan bagi Uber dan Grab dari Kemenhub misalnya kalau merupakan angkutan t aksi harus dengan argometer tarif ditetapkan pemerintah daerah. Kalau nontaksi bentuknya rental .
Pemilik taksi online juga harus tunduk pada aturan, mulai dari harus memiliki perizinan sebagai operator transportasi dan mematuhi aturan yang berlaku,seperti uji KIR,asuransi,dan pengemudi dengan SIM umum.
Untukpemilik usaha taksi regional juga harus mampu berbenah diri memperbaiki layanannya. Dengan persaingan usaha yang makin ketat, seyogyanya perlu dilakukan inovasi dan solusi agar bisa bertahan dengan cara yang sehat. Terutama memasuki masyarakat ekonomi Asean dimana persaingan bukan lagi dengan local namun akan lebih ketat dengan asing.
Tanpa adanya solusi yang memberikan kenyamanan, bukan tidak mungkin mereka akan tergerus dan tak mampu bertahan menghadapi persaingan tersebut. Sebagai pengguna, tentunya berharap memiliki layanan transportasi yangaman, nyaman dan murah.
Khusus bagi pemerintah, seharusnya demo yangd igelar kali kedia kemarin dan sempat ‘panas’ dan anarkis seharusnya menjadi warning bagi pemerintah untuk segera menyelasaikan masalah ini secepatnya. Jangan sampai pada akhirnya penumpang dan keamanan warga  yang ujung-ujungnya menjadi korbannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.